Senin, 01 Agustus 2016

Pengertian Rezeki Halal Dan Haram

Marilah kita mendengar dan memahami serta beramal dengan petunjuk Allah SWT di dalam al-Quran berkaitan rezeki yang dikaruniakan kepada kita di dunia ini berdasarkan Firman Allah : "Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari benda-benda yang baik (yang halal) yang telah Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar kamu beribadah hanya kepadaNya." (Al-Baqarah: 172) Yang dimaksud dengan memakan rezeki yang halal ialah mengambil manfaat dari rezeki yang diberikan oleh Allah SWT, bukan saja dalam soal makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal termasuk juga kendaraan yang digunakan.Semua perkara yang digunakan itu haruslah diambil dari rezeki halal dan diizinkan oleh Allah SWT. Dengan arti kata lain, bukan saja rezeki itu dari bahan-bahan halal tetapi harus memastikan dari sumber-sumber halal dan dimanfaatkan dengan cara yang diizinkan oleh Allah SWT. Perkara ini dijelaskan oleh sabda Rasulullah s.a.w. : Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Sabda Rasulullah s.a.w: Wahai manusia! Sesungguhnya Allah SWT itu baik, Dia tidak menerima melainkan yang baik. Allah memerintah orang-orang yang beriman saja dengan apa yang diperintahkan kepada rasul-Nya. Firman Allah SWT: "Wahai rasul-rasul, makanlah kamu dari yang baik lagi halal dan beramallah kamu dengan amalan yang soleh, sesungguhnya Aku amat mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Mukminun: 51). Dan firman Allah SWT: "Wahai orang-orang yang beriman, makanlah kamu yang halal yang Aku rezekikan kepada kamu." (Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah s.a.w menceritakan seorang lelaki yang terlalu banyak musafirnya sehingga kusut masai rambutnya, berdebu pakaiannya. Lelaki itu berdoa kepada Allah: "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan sejak kecil lagi dia diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimana Allah akan memperkenankan doanya?" (Riwayat Muslim) Ini menunjukkan perkara yang halal sangat mempengaruhi kehidupan di dunia ini dan hubungan dengan Allah SWT dari kehidupan dunia sampai akhirat. Bukan saja dimasukkan ke dalam syurga bagi mereka yang mengambil dan menggunakan yang halal dan dimasukkan ke dalam neraka bagi mereka yang menggunakan yang haram, bahkan mereka akan menjalani kehidupan dunia dalam keadaan yang tidak berkah serta mendapat kutukan Allah. Yang dimaksudkan mengambil yang haram itu ialah mengambil harta dengan cara yang tidak diizinkan oleh Allah sama ada mencuri, merampok, mencope, menipu, korupsi dan lain sebagainya, termasuk mengambil harta sesama manusia dengan cara yang tidak diizinkan oleh syara'. Itulah perkara-perkara yang haram yang dinyatakan oleh Allah SWT, bukan saja mengambil makanan dengan cara mencuri adalah haram di sisi Allah seperti juga meminum arak. Maka begitu juga mengambil barang milik orang lain dengan cara yang tidak benar, termasuk juga menggunakan kendaraan dan rumah dengam sumber yang haram, termasuk juga tanah-tanah yang diambil, uang yang dicari dengan cara yang tidak halal, membagi harta pusaka dengan cara yang tidak adil, semua yang diambil adalah haram di sisi Allah dan diberi peringatan keras oleh Rasulullah s.a.w. peringatan oleh Allah SWT kepada mereka yang memakan makanan yang haram, makanan yang diambil dengan harta yang haram, minuman yang haram atau minuman yang dibeli dengan harta yang haram, semuanya itu akan menjadi umpan api neraka dalam perut mereka. Termasuklah mereka yang memakai pakaian dengan cara dan gaya yang haram juga akan menjadi umpan api neraka pada hari kiamat. Begitu juga kepada mereka yang mengambil tanah orang lain dengan cara yang haram. Ini bukannya satu perkara yang boleh dipermain-mainkan, termasuklah mereka yang cerdik pandai dan bijak, mencari rezeki secara korupsi. Sabda Rasulullah s.a.w. "Allah melaknat orang yang memberi rasuah dan orang yang menerimanya." Dalam hadis yang lain, sabda Rasulullah s.a.w : "Orang yang memberi dan menerima rasuah semuanya di dalam neraka." Begitulah peringatan yang keras dari Nabi s.a.w. korupsi bukan saja untuk mendapat sesuatu tetapi termasuklah untuk mendapat pengaruh seperti melantik pemimpin-pemimpin melalui sistem rasuah sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Bani izra'il yang memilih pemimpin-pemimpin yang memberi korupsi kepada mereka. Maka pemimpin itu akan bersama dengan para pengikutnya di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka menerima apa saja dengan tidak mengikuti petunjuk daripada Allah SWT tetapi mengikut selera hawa nafsunya. Marilah kita selamatkan diri kita dengan agama. Firman Allah : "Dan janganlah kamu memakan (atau mengambil) harta (orang-orang lain) di antara kamu dengan jalan yang salah dan jangan pula kamu menghulurkan harta kamu (memberi rasuah) kepada hakim-hakim kerana hendak memakan (atau mengambil) sebahagian dari harta manusia dengan (berbuat) dosa padahal kamu mengetahui (salahnya). (Al-Baqarah: 188). Marilah kita berpegang dengan petunjuk yang ditunjukkan oleh Allah serta petunjuk yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad s.a.w. terutamanya pada zaman manusia yang mabuk dengan keduniaan dan kemewahan, Allah SWT telah berfirman :"Kemudian setelah selesai sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi untuk menjalankan urusan-urusan masing-masing dan carilah apa yang kamu hajati dari limpah karunia Allah, serta ingatlah akan Allah banyak-banyak dalam segala keadaan, supaya kamu berjaya (di dunia dan di akhirat)." Surah Al Jumu'ah Ayat 10. Seberapa banyak pun rezeki yang kita cari dan perolehi di dunia ini tidaklah menjadi larangan di dalam Islam asalkan jangan sampai menlalaikan perintah Allah SWT dan melanggar larangan-larangan Allah SWT.Rezeki kita itu sebenarnya adalah hak Allah SWT dan Allah Ta'ala Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang sajalah yang mengkurniakan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya mengikut aturan yang telah ditetapkan. Oleh itu, seseorang yang mencari rezeki itu hendaklah berniat untuk memelihara agamanya untuk mencukupi dirinya supaya tidak meminta-minta kepada orang lain terutama untuk mendapatkan rezeki bagi ahli rumah tangganya, kemudian jika ada lebih disedekahkan kepada orang-orang yang berhajat. Semua bidang pekerjaan yang kita ceburi di dunia ini sama ada kita bekerja dengan pemerintahan maupun swasta atau sebagai pedagang, petani, nelayan, buruh dan sebagainya hendaknya memastikan bahawa rezeki yang kita dapatkan itu benar-benar halal dan tidak menyimpang dari landasan hukum Islam yang sebenarnya, seperti tidak ada penipuan, penindasan, rampasan, hianat, riba, korupsi dan sebagainya. Rasulullah s.a.w telah bersabda dalam sebuah hadis Baginda yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari yang menjelaskan: "Dari Abi Hurairah ra telah berkata ia: Nabi saw bersabda Akan ada suatu zaman pada umat manusia yang seseorang itu tidak lagi mempedulikan apa yang dicarinya (rezeki yang diterima olehnya) apakah dari yang halal atau dari yang haram." Setiap rezeki yang kita perolehi dari jalan yang salah ataupun bercampur antara yang halal dengan yang haram akan memberi kesan yang tidak baik, baik pada diri kita sendiri, keluarga, masyarakat maupun kita dengan Allah SWT. Ini jelas digambarkan dalam hadis Nabi s.a.w yang menjelaskan: "Dari Ibnu Umar ra katanya: Barang siapa yang membeli pakaian dengan harga sepuluh dirham, satu dirham di antaranya wang yang haram, maka Allah Taala tidak akan menerima salatnya selama pakaian itu masih dipakainya. Kemudian Ibnu Umar memasukkan kedua jarinya ke dalam dua telinganya, lalu berkata: Biarkanlah telinga ini tuli kalau tidak mahu mendengarkan kata-kata dari Nabi saw ini." (Hadis riwayat dari Imam Al-Bukhari). Kita wajiblah berhati-hati dalam mencari dan mendapatkan rezeki, apalah gunanya kita mempunyai kekayaan di dunia ini tetapi segala ibadah dan amal bakti kita kepada Allah SWT tidak di ridhoi-Nya, disebabkan kita terlalu rakus di dalam mencari harta sehingga mencampur-adukkan antara yang hak dan yang batil. Nauzubillah Minzalik. Semasa Sayidina Abu Bakar ra menjadi khalifah pernah terjadi suatu peristiwa terhadap dirinya yang bisa dijadikan i'tibar dan panduan kepada kita selaku hamba Allah yang sangat daif ini, yaitu ketika Sayidina Abu Bakar ra makan suatu makanan, lalu hambanya memberitahu bahawa makanan yang dimakannya itu adalah hasil yang diterimanya dari pekerjaannya sebagai tukang ramal, sebelum dia masuk Islam. Lantas Sayidina Abu Bakar ra mengeluarkan makanan tersebut sebanyak yang bisa hingga memuntahkan semua makanan yang ada di dalam perutnya, lalu ditegur, mengapa Sayidina Abu Bakar ra sanggup berusaha mengeluarkan makanan tersebut, Sayidina Abu Bakar berkata bahawa dia pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Badan yang tumbuh subur dengan makanan yang haram pasti akan merasai api Neraka. Oleh kerana itu aku memaksa makanan itu keluar, takut kalau ia menyuburkan badanku. Begitulah kisahnya tentang Sayidina Abu Bakar yang sangat teliti tentang halal haramnya rezeki yang dimakannya. Oleh karena itu wahai kaum Muslimin sekalian selagi pembeli dan juga penjual dan sebagainya, kita haruslah berhati-hati dalam mencari rezeki ini, jangan sampai kita tercebur kepada perkara yang haram seperti memakan makanan yang haram ataupun menjual barang-barang yang haram dan diragukan kehalalannya. Hindarkanlah diri kita dari memakan makanan yang haram itu karena orang yang memakan makanan yang haram itu api Neraka lebih utama baginya sebagaimana sabda Nabi s.a.w yang bermaksud: "Tidak akan memasuki Syurga, daging yang tumbuh daripada yang haram, api Neraka lebih utama baginya." (Riwayat Al-Imam Ahmad). Firman Allah SWT : "Oleh itu, makanlah wahai orang-orang yang beriman dari apa yang telah dikarniakan Allah kepada kamu dari benda-benda yang halal lagi baik dan bersyukurlah, jika benar kamu hanya menyembah-Nya semata-mata." Surah An-Nahl Ayat 114 .

1 komentar: