kali ini saya akan menerangkan lanjutan dari artikel sebelumnya tentang pengertian maksud rezeki di dalam islamyang sebenarnya di dalam Islam? Rezeki di dalam Islam bukan hanya terbatas kepada uang dan harta. Jangkauan rezeki yang disebut oleh Allah S.W.T dan Rasullullah S.A.W. ter amat luas meliputi rezeki yang kita ketahui. Hakikatnya orang yang ‘memberi' dan menyumbang akan mendapat ganjaran dari Allah dalam nermmacam-macam bentuk , juga meliputi materi dan spiritual. Namun sebelum itu, perlu dipahami, sebagaimana rezeki yang tidak bisa dikecilkan skopnya hanya kepada harta, begitu juga ‘pemberian' dan ‘sumbangan' yang juga tidak terbatas kepada uang dan harta.Mengajak orang kepada kebaikan dan melarangnya dari kemungkaran adalah sebuah pemberian berharga, membantu mereka yang melakukan kerja yang baik itu pemberian, dan menahan diri dari berbuatmaksiat itu juga merupakan sebuah pemberian sangat bernilai. dan yang jelas, semua jenis ‘pemberian' dan ‘sumbangan' itu adalah amalan kebaikan apabila ia menepati dua syarat yang paling minimal yaitu :- 1) Ikhlas karena Allah 2) sumbangan ke arah kebaikan berdasarkan penilaian hukum Islam. malah, apa saja yang disumbangkan, sama ada ide, ilmu, teguran, nasehat, tenaga untuk kerja, waktu, perasaan, emosi dan sebagainya untuk membawa kebaikan kepada Islam, ia adalah sumber terbukanya rezeki di sisi Islam. Ia juga merupakan sumber mewujudkan unsur ‘berkah' di dalam kehidupan dan harta. Setinggi-tingginya derajat insan sholeh, dia mampu mengekang dirinya di saat menyumbang dari dipengaruhi oleh fikiran atau bisikan seperti, "apa balasannya di dunia"?. seharusnya yang akan menjadi dorongan dan motivasi utama hanyalah apa yang bakal didapat di akhirat. Bukan balasan di dunia yang difikirkan. Apa yang diinginkan untuk dunianya hanyalah mendapatkan rezeki yang BAROKAH atau berkah. Menurut para ulama ‘barokah' atau berkah itu adalah :- هي ثبوت الخير الإلهي في الشيء؛ فإنها إذا حلت في قليل كثرته، وإذا حلت في كثير نفع، ومن أعظم ثمار البركة في الأمور كلها إستعمالها في طاعة الله عز وجل. Artinya : yaitu kepastian kebaikan disisi Ilahi pada sesuatu perkara, dimana apabila ia jatuh kepada perkara yang sedikit ia akan menambah atau memperbanyaknya, dan apabila ia jatuh kepada yang banyak, ia akan menambah manfaatnya, dan sehebat-hebatnya hasil keberkahan dalam seluruh perkara adalah apabila ia digunakan kembali untuk membawa ketaatan kepada Allah azza wa jalla. Walaupun begitu, tidak ramai manusia yang mampu mencapai derajat tersebut, dan masih ramai individu sholeh yang melakukan kebaikan, namun masih sering terfikir-fikir tentang balasan untuknya untuk dinikmati di dunia ini. HASIL YANG KITA DAPATI untuk membuka fikiran kita semua akan bentuk-bentuk balasan yang mampu mendapatkan hasil dari segala sumbangan kebaikan yang kita lakukan di dunia ini. Secara ringkas, saya berikan ganjaran yang bisa didapatkan sejak masih dari alam dunia ini, semua ganjaran-ganjaran ini mempunyai dalil dan athar yang tersendiri, namun untuk menghindari terlalu berpanjangan, saya tidak menyertakan semua dalilnya. Balasan tersebut adalah seperti berikut :- a. Keberkahan dalam kehidupan berkeluarga - Rumahtangga kita didamaikan oleh Allah dari sejenis pertengkaran besar yang meruntuhkan kepercayaan dan kebahagian si suami, isteri dan anak. - Hati dan fikiran dikaruniakan ketenangan yang akhirnya memberikan kesan positif kepada produktiviti kita di tempat kerja dan tugas, lalu mendapat kenaikan gaji dan pangkat. b. Kesehatan - Allah menyelamatkan kita dan keluarga dari penyakit. Nabi bersabda : صنائع المعروف تقي مصارع السوء والآفات والهلكات Artinya : Melakukan perkara kebaikan mampu menghalang dari terjerumus kedalam keburukan, kecatatan dan kebinasaan. (At-Tabrani, Al-Haitahami : sanadnya Hasan) - Kita diselamatkan dari musibah dan bencana seperti di jalanraya, di dalam rumah, luar rumah, di tempat kerja dan sebagainya. Namun harus diingat, ADA JUGA TERDAPAT HARTA YANG BERKAH TETAPI DITIMPA MUSIBAH DAN BENCANA, namun tanda berkahnya adalah bencana dan musibah itu membawanya lebih hampir kepada Allah dan bukan semakin jauh. Itulah fungsi keberkahan harta itu, ia hilang dan ditimpa musibah sebagai sebab untuk kebaikan si pemiliknya.JUSTERU, bukan tugas kita untuk menuduh harta si pulan itu berkah atau tidak berkah setiap kali ditimpa musibah, kerana kita TIDAK TAHU HAKIKAT SEBENARNYA. - Dikaruniakan keturunan yang sehat walau sakit sekalipun , ia tidak separah mereka yang lebih parah sakitnya. c. Harta - Dihindarkan dari mendapatkan pekerjaan yang haram dan terselamat dari berbagai jabatan atau kenaikan pangkat yang memudaratkan masa depan. harus diingat bukan semua kenaikan pangkat itu baik untuk hati dan jiwa manusia, ada sebagian besar jabatan yang menghancurkan dan mengubah habis jiwa kebaikan dalam diri seseorang kepada jiwa penerima korupsi, tamak, rakus kuasa dan sebagainya. - Direndahkan minat dan nafsu kepada harta dan penghasilan haram serta diberi kekuatan untuk istiqomah kepada yang halal. Inilah yang bisa atau dapat digelar sebagai salah satu dari cabang ‘zuhud', yaitu KEBEBASAN JIWA DAN HATI DARI KETERIKATAN DENGAN HARTA DUNIA. Jika mendapatkan, syukur dipanjatkan, jika ia hilang dan pergi tidaklah terlalu ditangisi. - Diberikan rasa cukup dan nyaman dengan penghasilan yang didapat saat ini walaupun sebenarnya kelihatan kurang mencukupi. Inilah dinamakan oleh ulama tasauf sebagai "Qana'ah" iaitu merasa cukup dengan apa yang telah ada, tetapi tidak berhenti untuk terus memperbaiki diri dan kerja. - Kendaraan yang digunakannya jauh lebih baik daripada kendaraan yang jauh lebih mahal darinya. Begitu juga harta-hartanya yang lain seperti rumah dan lokasinya, diberi rezeki oleh Allah untuk berada di persekitaran yang baik, bertetangga dengan mereka yang tidak menimbulkan banyak masalah. - Sumber penghasilan tambahan bisa datang tidak disangka-sangka. Ia tidak semestinya dalam waktu dekat, ia mungkin terjadi 10 atau 20 tahun yang akan datang. Ini termasuklah di dalam tawaran Allah yang disebut di dalam surah : at-Talaq, yang dinamakan oleh kebanyakan orang sebagai ayat seribu dinar : وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا Artinya : Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. ( At-Talaq : 2-3) Namun harus diperhatikan sejelas-jelasnya, ayat di atas mensyaratkan seseorang untuk menjadi ‘BERTAQWA' sebagai jalan agar dibukakan jalan kemudahan dan kebaikan dari berbagai sumber yang tidak disangka. Sama sekali tidak tepat pandangan ramai orang yang mengaitkan ‘Menggantung' ayat tersebut di rumah dan ditoko sebagai cara meningkatkan rezeki dan penghasilan, tanpa bersifat taqwa di dalam pekerjaan, perdagangan dan tugas. Sedangkan hakikatnya, taqwa itulah kuncinya, bukan dengan cara,MENGGANTUNG AYAT, tersebut dan sebagainya. Ibn Abbas menegaskan maksud jalan keluar di atas sebagai jalan keluar dari perkara syubhat di dunia, jalan keluar untuk menghadapi kematian, dan kesusahan di hari kiamat. (Tafsir Al-Qurtubi) d. Persekitaran yang baik - Dipermudah oleh Allah untuk berada di tempat dan persekitaran yang baik dan tidak berbahaya untuk diri dan keluarga. - Kewujudannya menjadi pelopor kepada kebaikan mereka yang disekitarnya, mencegah dari kemaksiatan. Ia bertepatan dengan sebuah sabda Nabi: إن من الناس مفاتيح للخير مغاليق للشر وإن من الناس مفاتيح للشر مغاليق للخير فطوبى لمن جعل الله مفاتيح الخير على يديه وويل لمن جعل الله مفاتيح الشر على يديه Artinya : Dari kalangan manusia ada yang menjadi kunci kebaikan dan penutup serta penghalang kepada kejahatan. Dan ada juga yang menjadi kunci kejahatan dan penutup kebaikan, bergembiralah bagi sesiapa yang dijadikan oleh Allah sebagai kunci kebaikan di tangannya, dan celakalah mereka yang kunci kejahatan di tangannya ( Riwayat Ibn Majah : Sohih ) KESIMPULAN Terlalu banyak cara dan kaedah untuk Allah membalas baik prasangka hambaNya dan amalan kebaikan hambaNya. baik di dunia atau akhirat. Lalu apa yang menjadi penghalang ? yang menjadi penghalangnya hanyalah ‘hati' masing-masing individu. Jika hati itu masih belum mampu menyakini maha Pemurahnya Allah ta'ala. Masih belum bisa menyakini Allah akan membalasnya. Masih belum yakin wujudnya Allah dan ganjaran atau pahala kebaikan-Nya. Selagi kita tidak yakin, seseorang itu akan senantiasa dihambat berbagai perasaan tamak, kedekut atau pelit dan malas ketika ingin memberi. Gejala awal penyakit tersebut adalah ‘malas' dan dikuti terus-menerus melakukan dosa dan merasa jalan ‘dosa' itu adalah cara pendapatan yang terbaik baginya. Individu seperti ini sama sekali tidak sadar, keterlibatannya dalam perkara haram HANYA AKAN LEBIH MENAMBAH JAUHNYA DIA DARI BERBAGAI REZEKI HARTA DAN KETENANGAN. Nabi pernah bersabda : لا يزيد في العمر إلا البرولا يرد القدر إلا بالدعاء وإن الرجل ليحرم الرزق للخطيئة يعملها Artinya : Tidak bertambah umur seseorang kecuali jika dia melakukan kebaikan[1], dan tidak akan di kurangi qadar Allah (iaitu qadar al-Mu'allaq) kecuali melalui doa, dan sesungguhnya seseorang itu DITAHAN REZEKINYA disebabkan dosa-dosa yang senantiasa dilakukannya" ( Riwayat Ibn Majah, Ahmad Hadis Hasan) Justru, jangan jadikan posisi kesusahan diri di waktu ini sebagai excuse untuk melibatkan diri dalam perkara yang haram, karana ia sama sekali bukan jalan keluar tetapi ia jalan buntu dan hanya akan memperluas bencana kepada diri-sendiri dan keluarga. Imam Ibn Kathir pernah mengulas bahawa apabila manusia melupakan soal dosa pahala dalam harta dan kehidupan mereka maka وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ Artinya : Tetapi mereka telah mendustakan (tidak patuh kepada hukum Islam), maka kami rampas dari mereka apa-apa yang telah mereka usahakan (Al-A'raf : 96 ) . PERKEMBANGAN POTENSI, JANGAN ASYIK MEMBUAT ‘EXCUSE' Apa yang harus dilakukan adalah memanfaatkan uang simpanannya untuk mempelajari ilmu yang bisa digunakan untuk mengembangkan potensi diri, bukan dengan menceburi bidang/skim haram itu. Dan kemudian mengemukakan alasan serta excuses yang bermacam-macam. Lihatlah ulama tabi'en berkata : من طلب العلم تكفل الله برزقه Artinya : Barangsiapa yang menuntut ilmu Allah seolah-olah telah menjamin rezekinya ( Kanzul Ummal, 10/139) Ilmu itulah yang akan menerangkan jalan kita untuk bekerja dengan sebaik-baiknya, dalam keadaan halal dan selanjutnya membuka lebih banyak pintu rezeki. Semua ini harus dilakukan tanpa malas. Atas dasar itu Nabi mengingatkan :- لو أنكم توكلون على الله حق توكله لرزقكم كما يرزق الطير تغدو خماصاً وتروح بطاناً Artinya : Kalau kamu benar-benar bertawakkal kepada Allah, niscaya akan diberikan rezeki kepadamu sebagaimana diberikan rezeki kepada burung-burung, yang keluar dengan perut lapar di pagi hari, pulang dalam keadaan kenyang. Para ulama menyebut dengan jelas dan terang, maksud tawakkal dalam hadis di atas merujuk kepada usaha, ilmu dan bersungguh-sungguh dan sesudah itu bersangka baiklah kepada Allah. Barang siapa yang bersangka baik kepada Allah, Allah akan menunaikan sangkaan baiknya. Begitu juga sebaliknya. Akhir sekali, Nabi menasehatkan seorang sahabat yang agak kerap memohon bantuan harta dari Nabi s.a.w:- يا حكيم إنّ هذا المال خضرة حلوة فمن أخذه بسخاوة نفس بورك له فيه، ومن أخذه بإشراف نفس لم يبارك له فيه، كالذي يأكل ولا يشبع Artinya : Wahai Hakim, sesungguhnya harta merupakan seperti buah- buahan yang subur, manis lagi disukai, barangsiapa yang mengambilnya dengan jiwa yang "zuhud" (dan tidak meminta-minta) niscaya akan diberkahi baginya pada harta itu, barangsiapa mengambilnya dengan tinggi diri (serta tamak) tidak ada berkat di dalamnya, sebagaimana orang yang makan tetapi tidak kenyang" (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim) .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar